Mendung pagi hari ini,
telah memberiku tanda,
bahwa hari ini bukan hariku.
Gerimis kecil hari ini,
telah memberiku tanda,
begitulah nuansa hatiku kelak.
Hujan lebat malam ini,
telah memberiku tanda,
bahwa pipiku akan basah nanti.
Tuhan, mengapa hari ini harus datang?
Tuhan, aku tak mau kehilangannya.
Tuhan, ceritakan semua skenario-Mu.
Dia bukanlah untukku, begitu bukan?
Ya, aku sadar dengan apa yang kutulis. Amat sangat sadar. Tapi, yang tak kusadari, air mataku tlah jatuh basahi pipi. Yang tak kusadari, hatiku menjerit menyebut namamu. Tolong, jangan perlakukan aku seperti ini. Menabur harapan, tanpa kau tuai.
Aku sedih. Aku merelakanmu, memberi celah untuknya mencintaimu dengan porsi yang berlebihan. Aku melepasmu, memberi tempat untuknya menggenggammu lebih erat. Aku meninggalkanmu, memberi ruang untuknya merindukanmu dengan leluasa.
Tapi, yang paling aku benci, kau tlah mengajaknya ke tempat yang seharusnya lebih dulu kusinggahi. Tempat yang kau janjikan. Bahkan setelah dia, sampai detik ini pun, aku belum menyambangi tempat itu.
Soneta Indonesia (28/10/12)