Matahari masih bersemangat menyinari, membuat tenggorokanku terasa amat kering. Aku ingin pergi ke warung seberang, namun aku takut kalau-kalau kekasihku keluar dan menemukanku menghilang. Maka, aku putuskan untuk menunggunya di sebelah Rumah Ibadahnya.
Namaku Vegan, kuliah di salah satu universitas di Bandung. Aku sudah cukup lama berpacaran dengan Raka, kekasihku. Siang ini aku diminta untuk menjemputnya di sebuah Gereja. "Setelah aku selesai ibadah, kita makan diluar ya sayang.", katanya melalui pesan singkat.
Aku tak tau sampai kapan harus menjalani kisah terlarang ini. Aku tau Tuhan-ku dan Tuhan-nya berbeda, namun ia dapat meyakinkanku dengan sempurna. Raka selalu berkata bahwa kita --aku dan dia-- akan berada dibawah satu atap yang sah suatu hari nanti.
Rumah Ibadahku dan Rumah Ibadah Raka tak cukup jauh, hanya beberapa ratus meter. Aku baru saja selesai ibadah dan menengadahkan tangan seraya berdo'a. Aku yakin, Raka disana pun sedang menyulamkan jarinya sembari berdo'a. Mendoa'akan hubungan kami tepatnya.
Aku hanya bisa tersenyum mendengar jawab demi jawaban yang terlontar dari mulut manis Raka. Aku harap Tuhan bisa menyatukan kami, dua manusia yang berasal dari Rumah Ibadah yang berbeda. Aamiin.