Aku selalu merongrong, meraung, berdoa, agar Tuhan selalu meniadakan jarak ini. Tapi, apakah jika jarak ini hilang, lantas kita 'kan dekat? Aku yakin tidak.
Lihat saja, sudah terjalin "jarak" yang kian mengembang antara hatiku dan hatimu. Ah, aku memang hanya seorang yang berimaji, semua harap terjadi.
Dahulu, aku rajin dan diwajibkan membuatkanmu secangkir kasih sayang, dengan sesendok percaya, dan beberapa mili liter setia. Lalu, sekarang apa?
Aku merintih, bersedih, ditikami sekelompok rindu yang haus akan prolog cerita cinta kita. Lihatlah, rindu ini minta kau timang.
Aku sudah lelah, disambangi rindu tiap hari. Untung saja, mereka tidak membuncah, masih dapat kutahan tiap kali datang.
"Aku rindu kamu." Lalu kuhapus, kutulis lagi, kuhapus sekali lagi,
begitu seterusnya, berulang-ulang, tanpa berani mengirim. Apa kau tahu
itu? Aku yakin tidak. Ah, aku hanya menyita waktuku.
(11/12/12)